Minggu, 28 Desember 2014

HERE I AM

KEJUTAN DARI TUHAN

Siapa yang mengetahui, kita akan menjadi apa? dengan profesi apa? dan keadaan yang bagaimana?. Tetapi yang kita tahu saat ini masih banyak proses yang mesti dijalani demi menghadapi tantangan-tantangan selanjutnya dari Tuhan. Kita tidak pernah tahu apa yang nanti dan akan terjadi. tetapi yang kita yakini adalah bahwa semua orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda. Tetapi yang menjadi pertanyaan,,,, jika demikian "misteri hidup" ini adalah "biasa" tetapi jika di pikirkan menjadi sebuah momok yang kadang menakutkan setiap manusia. Untuk itu dengan keyakinan bahwa kita adalah umat manusia dengan kepercayaan terhadap agama masing-masing. Melalui wadah "agama" ini adalah media/sarana untuk menyerahkan segalanya hanya kepada yang di atas dan setelah kita berusaha sekuat tenaga selayaknya manusia, ternyata masih ada yang Maha Besar dari kita-Tuhan. Untuk itu marilah kita menjadi orang yang berjuang di jalan kita masing-masing dengan usaha kita masing-masing sehingga menapaki jalan kehidupan yang demikian pelik tetapi menjadi sebuah teka-teki yang unik dan penuh dengan "kejutan-kejutan" dari Dia. Wallahualam Bissawab.

Kamis, 25 Oktober 2012

POLITIK EKONOMI NON-ETIS





Saya menamakan sebuah “Politik Ekonomi Non-Etis” yang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang diwarnai juga oleh politik etis. Mengapa demikian? Misalnya, jika ditinjau masalah kelangkaan elpiji saat-saat ini yang merupakan suatu kegundahan kita bersama, dan mulai meningkat harga di pasaran akan memengaruhi harga barang-barang lain yang merupakan hasil dari konsep ekonomi antara demand  (permintaan) dan supply (penawaran). Sehingga hitung-hitungan dari pengeluaran dan pemasukan yang dihasilkan di laporan keuangan perusahaan / suatu usaha tertentu akan membalancekan antara harga yang diperoleh dan harga “lemparan” ke pasar.

Dari kasus “Anggie” di pengadilan dimana terungkap skandal berupa pembagian amplop untuk kepentingan partai yang merupakan salah satu gambaran politik etis yang hanya dibeli oleh sejumlah rupiah. Dan bahkan lebih ironis lagi terdengar isu kenaikan gaji PNS sebanyak 10% ini kian menggiatkan para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang untuk dapat berbisnis sesuai dengan keinginan mereka. Untuk itu diperlukan etika bisnis yang baik bagi para pelaku ekonomi tersebut mulai dari para owner, distributor, agen, sampai pada tingkat pengecer. Tetapi hal ini sulit ditemukan atau memang langka? Bukankah Rasulullah mengajarkan kita untuk kaya melalui berdagang tetapi dengan memiliki etika?

Pada konsep “upaya dan hasil” telah tersirat bahwa diperlukan suatu “upaya” yang serius untuk meningkatkan politik ekonomi dengan dilandaskan etika yang baik. Sehingga hasil yang diperoleh merupakan sesuatu yang baik pula dan dicerminkan dari tingkat kebermanfaatan atau daya guna dari suatu “hasil” tersebut. Dalam surah Al-Ra’d (13):11 tersirat bahwa “Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Ini menjadi gambaran bahwa “politik ekonomi non-etis” dapat diubah menjadi “politik ekonomi etis” sehingga para pemimpin kita dapat berpolitik dengan baik, memanfaatkan ekonomi dengan sebaik-baiknya, mendayagunakan ekonomi dengan sejujur-jujurnya, para pelaku ekonomipun turut berperan dengan pola etika bisnis yang baik, sehingga menghasilkan perekonomian Indonesia yang beretika dan bermartabat. Amin.

            Sehingga dari segala fenomena-fenomena yang terjadi di negara tercinta kita ini tersirat bahwa sampai pada ranah ekonomi, politik telah merajalela untuk memengaruhi seluruh pelakunya baik dalam ranah ekonomi dan politik. Rasul mengajarkan kita untuk kaya tetapi dilandasi dengan good-etics dengan warna dari keyakinan masing-masing tentang ajaran agama yang menjunjung tinggi nilai kejujuran tanpa eksploitasi yang tidak jelas maupun dalam berdagang adanya penimbunan barang yang merupakan dampak dari politik ekonomi non-etis.



Tulisan ini telah terbit di Harian FAJAR Edisi Minggu, 26 Februari 2012 (Kolom KAMPUSIANA-MIMBAR BEBAS)